Industri keramik dalam negeri saat ini tengah mengalami tahun-tahun yang sangat sulit. Pasalnya, permintaan akan keramik dalam negeri semakin turun.
Disisi lain, serangan keramik impor yang masuk ke Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Hal ini yang menyebabkan industri keramik dalam negeri semakin tidak berdaya saing.
"Kita sedang mengalami tahun-tahun yang amat sulit, demand kita terus menurun, keramik impor terus meningkat," ujar Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga di Jakarta Convention Center, Kamis (15/3/2018).
Ia menambahkan, pihaknya dari Asosiasi tengah menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi serangan keramik impor, salah satunya dengan memberlakukan safeguard.
"Safeguard sedang kami kaji dan proses, datanya sudah lengkap. Besok kami dari Asosiasi akan rapat untuk pengendalian impor. Mudah-mudahan ini akan berhasil dan kami meminta bantuan dari Kementerian Perindustrian," terang Elisa.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga akan mengajukan anti dumping. Menurutnya, saat ini Eropa memberlakukan anti dumping sebesar 69 persen, sedangkan untuk produk Vietnam ke China sebesar 49 persen.
"Kita juga akan memproses produk keramik yang masuk ke Indonesia dengan presission improvment," katanya.
Yang terakhir, Elisa berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga gas untuk industri yang selama ini masih memberatkan produsen keramik dalam negeri.
"Harga gas industri sangat penting buat kami karena dapat meringankan biaya produksi yang cukup tinggi sehingga kami sulit berdaya saing," tutur Elisa.
Sumber : Industry