ANDA MEMASUKI WILAYAH ZONA INTEGRITAS BALAI BESAR KERAMIK MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH MELAYANI                                     LSPro BBK Melayani Jasa Layanan Sertifikasi Industri Hijau

Asosiasi

Pasar Domestik Masih Lesu, Pasar Ekspor Meningkat

Input By: Staf TI | Posted on: 2017-07-05 10:33:01

Sektor industri keramik menghadapi tantangan stagnasi permintaan domestik meskipun ada momentum Ramadan Lebaran.

Melesunya permintaan pasar domestik berbanding terbalik dengan meningkatnya permintaan produk manufaktur dari luar negeri. Sejumlah industri manufaktur merasakan kenaikan permintaan dari pasar ekspor.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia Elisa Sinaga memperkirakan permintaan keramik di pasar domestik tahun ini sulit untuk tumbuh dua digit dibanding tahun lalu. Sebab sektor properti nasional belum begitu menggeliat seperti yang diharapkan.

Kapasitas produksi keramik nasional mencapai 580 juta meter persegi. Adapun produksi nasional tahun lalu hanya mencapai 375 juta meter persegi sebab kebutuhan pasar domestik pada tahun lalu mencapai 420 juta meter persegi. Impor keramik tahun lalu mencapai 50 juta meter persegi. “Impornya mungkin tahun ini naik lagi 20%.”

Tapi menurutnya, perbaikan sektor properti dari negara negara tujuan ekspor di ASEAN bisa menjadi harapan penumpu penjualan. “Untuk pasar domestiknya mungkin baru bisa membaik di kuartal ketiga keempat, biasanya pengerjaan proyek properti berjalan. Untuk yang diekspor, memang kita merasakan adanya kenaikan permintaan walau mungkin naiknya tidak terlalu banyak,” ujar Elisa, Selasa (4/7/2017).

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor produk keramik pada Mei 2017 US$31,4 juta, atau naik 7,68% dibanding April 2017. Nilai ekspor keramik periode Januari—Mei 2017 tercatat senilai US$148,06 juta, atau naik 7,76% yoy dibanding periode Januari—Mei 2016 senilai US$137,4 juta.

Elisa juga berpendapat ekspor keramik bisa semakin terdongkrak bila harga produk di negara tujuan bisa semakin kompetitif. Maka pemerintah perlu memastikan struktur biaya yang ditanggung industri semakin efisien.

Salah satu komponen biaya yang masih dirasa terlalu tinggi bagi pabrikan keramik merupakan harga gas. Gas bagi industri keramik masih berkisar US$ 8-12 per million metric british thermal unit. Angka itu masih jauh di atas janji pemerintah senilai US$6 per million metric british thermal unit kepada industri strategis.

 

Sumber : Bisnis Indonesia